Kamis, 31 Januari 2013

pendidikan cinta



“CINTA”

Pembicaraan tentang cinta merupakan pembicaraan yang menarik untuk semua orang. Sulit didefinisikan tapi tak pernah habis dibahas. Walaupun sulit untuk didefinisikan, Dr. Abdullah Nasih Ulwan berusaha merangkai makna cinta dalam bukunya manajemen cinta. Menurutnya, cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong untuk mencintai, bergairah, lembut, dan mengasihi kepada yang dicintai (kekasih).
Islam memandang  persoalan cinta sebgai sebuah fitrah yang diberikan Allah kepada manusia dan mustahil dipisahkan dari kehidupan. Tak terbayangkan, jika cinta itu dicabut Allah dari individu, keluarga atau dari masyarakat. Barangkali terjadi permusuhan, kecurigaan, dan ketidakpercayaan satu dengan yang lain. Anak tidak percaya terhadap orang tuanya, orang ua tidak aman terhadap anaknya. Tetangga saling membenci, dan kelompok masyarakat saling menyerang satu sama lain.
Yang ada hanyalah benci, angkara murka, dan peperangan. Bila sudah demikian, hanya Allah yang mampu mempertautkan hati manusia. QS 8:63
Sebagai agama yang sempurna bagi manusia,Islam senantiasa memperhatikan fitrah dan kecenderungan manusia. Termasuk dalam hal ini kecenderungannya pada cinta secara umum, maupun mencintai lawan jenisnya secara khusus. Islam tidak pernah  menghalangi semua keinginan-keinginan manusia. Islam hanya mengarahkan dan menjaga manusia agar manusia tetap menjadi manusia. Sebab jika tidak diarahkan maka manusia bisa jatuh ke derajat hewan, bahkan dapat lebih rendah dari itu. QS 7:179
Agar manusia terarah dan tetap dalam koridornya sebagai makhluk mulia, Allah mengingatkan tentang kecenderungan manusia ini. Telah dibuat indah bagi manusia untuk senang kepada wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda tunggangan, hewan ternak, sawah ladang. Semua itu kesenangann duniawi. Dan Allah sebaik-baik tempat kembali. QS 3:14
Dari ayat itu secara jelas Allah telah mengarahkan kesenangan tersebut agar manusia tidak kebablasan. Menjelaskan makna ayat tersebut, Dr. Abdullah Nasih Ulwan membagi arahan cinta menjadi tiga tingkatan.

Pertama, cinta mulia yaitu cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan jihad dijalan-Nya. Jenis kcintaan ini menempati drajat yang paling tinggi dari seorang yang beriman.
Kedua, cinta fitrah yaitu cinta yang dikaruniakan Allah kepada manusia agar saling mengasihi, menyayangi sesama, dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Jenis kecintaan ini menempati derajat menengah.
Ketiga, cinta tercela yaitu cinta yang mengutamakan anak, istri, orangtua, dan harta lebih dari kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad. Termasuk cinta tercela adalah mencintai musuh-musuh Allah, dan mencintai lawan jenis serta harta berdsarkan nafsu belaka.
Islam memang indah dengan segala pendidikannya. Dengan hal tersebut Banyak sekali pendidikan dan ibroh yang dapat kita ambil dari setiap sisinya, anatara lain.
            Kita diajarkan untuk selalu menjaga kedudukan kita sebagai mahkluk  mulia.
            Cinta dalam Islam bukannya dilarang akan tetapi ada aturan tersendiri.
            Cinta adalah sebuah fitrah yang pasti dimiliki oleh semua orang.
            Mendidik untuk menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.
            Menerangkan manakah cinta yang haikiki dan tidak akan pernah mengecewkan.

Asma’ul husna
“Karena Allah pun maha pengasih dan penyayang”

Sebagai orang beriman, ada baiknya kita mengevaluasi kadar cinta yang kita miliki. Apakah benar telah terarah sesuai dengan kehendak Allah, atau belum. Jika benar, pertahankan, jika belum, segera luruskan. Semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki cinta mulia. amin



Semoga bermanfaat.
Ayang kurnia

Selasa, 29 Januari 2013

kehilangan



Kehilangan

“Seketika ada pertemuan
Pastilah ada sebuah perpisahan nantinya”

            Setiap manusia pasti pernah mengalami kehilangan, tidak hanya harta akan tetapi meliputi kesehatan, kehormatan, kepercayaan, kekasih dan cinta. Bahkan, terkadang keberhasilan yang telah dicapai bisa hilang dengan sekejap.
 harold h. Bloomfield, mengatakan pada sisi tertentu sebetulnya merupakan suatu yang hilang. Yaitu, kehilangan sasaran yang akan diperjuangkan.
Ketika allah memberikan sebuah ujian, adakalanya seseorang bisa bersabar menerima dan menghadapi musibah (kehilangan). Namun banyak pula orang yang bingung, stress, bahkan bisa jadi gila karena tidak bisa menerima kehilangan tersebut. Keterkaitannya yang kuat terhadap sesuatu yang dimiliki menjadikan ‘jiwanya terputus dan hampa’ jika sesuatu itu hilang.
Kehilangan bisa menimpa siapa saja. Tak pandang bulu. Lelaki, perempuan, anak-anak, orang tua, orang desa, orang kota. Siapa saja. Ini adalah karena kehilangan adalah sebuah proses yang harus dilalui dalam bergulirnya kehidupan.
Kita ingat pepatah jawa: “lueh apik nelongso ket saiki mengko nek akhire nelongso ora kaget, dibanding saiki urep penak tapi akhire nelongso rasane luweh dipulosoro”.
Adapula istilah “Kita ada karena ketiadaan dan ketiadaan ada  karena ada”. jika dibaca sekilas membingungkan, akan tetapi ini sering dilupakan oleh orang. Di dunia, kehilangan pada hakikatnya merupakan unsur esensial dalam proses penciptaan. Bunga mawar merekah, kuntum pun hilang. Fajar menyingsing, malam pun hilang. Kematian datang, hidup pun hilang.
Dalam hal terahir, banyak orang yang menganggap kehilangan hidup adalah tragedi terbesar dalam perjalanan sejarah manusia. Itulah sebabnya, orang berusaha mempertahankan hidup dengan sekuat tenaga dan biaya. Bahkan untuk mempertahankan hidupnya, tak sedikit orang yang rela mengorbankan apa saja, termasuk keimanannya. Padahal sejatinya, kehilangan hidup adalah sesuatu yang pasti dialami.
Kita tengok negeri “.....” , yang warganya banyak membuat tempat berlindung dari kiamat. Ada yang membuat rumah bawah tanah anti gempa, anti banjir dan didalamnya pun tersedia setok makanan yang diperkirakan tidak akan habis dimakan selama beberapa tahun. Na’udzubillah, ini sebuah kedzaliman yang amatlah nyata dan besar. Yakinlah, sebagai orang yang beriman kiamat pastilah akan datang, dan hanya allah lah yang tau kapan waktunya, agar manusia dibalas sesuai dengan apa-apa yang telah ia usahakan. Wallahu a’lam.
Hidup memang karunia allah terbesar pada ciptaan-Nya. Sejauh ini tidak ada yang mampu menciptakan hidup. Robot secanggih apapun dengan sejuta mikrochip dan sensor elektrokimiawi pun tidak ada yang mampu menjalani hidup seperti halnya makhluk ciptaan allah.
Selanjutnya, bagaimana dengan kematian?
Kematian, sesungguhnya tidak kalah menakjubkan dengan hidup. Kematian, sebagaimana hidup, adalah karunia karunia terbesar dari allah untuk makhluknya. Sebab, kematian tidak sama dengan matinya robot ciptaan manusia. Kematian merupakan gerbang dari kehidupan yang baru.
            Al-qur’an, misalnya, memandang kematian sebagai awal kehidupan yang sebenar-benarnya. Itulah sebabnya, sufi yazid bustomi, sangat herang mengapa orang takut mati. Bukan kehidpan yang takut pada kematian, tetapi seharusnya kematian yang takut pada kehidupan. Mengapa demikian karena kematian sebagai awal kehidupan yang hakiki.
            Allah melukiskan kehidupan dunia ini hanyalah seperti senda gurau dan permainan. Sedangkan hidup setelah kematian sebuah kehidupan yang sebenar-benarnya kehidupan.
 $tBur ÍnÉ»yd äo4quysø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ×qôgs9 Ò=Ïès9ur 4 žcÎ)ur u#¤$!$# notÅzFy$# }Îgs9 ãb#uquptø:$# 4 öqs9 (#qçR$Ÿ2 šcqßJn=ôètƒ ÇÏÍÈ  
Artinya:
dan Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Qs. Al-ankabut : 64)
            untuk itulah, allah selalu mewanti-wanti manusia untuk membekali diri dalam mengarungi kehidupan yang sebenar-benarnya.
(#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ  
Artinya:
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (qs. Al-hasyr : 18)
            semoga ini dapat menjadi renungan untuk kita semua, semoga allah akan senantiasa memelihara kita dalam rahmat dan ketaatan kepadanya, amien.....