Selasa, 29 Januari 2013

Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur'an



Kependidikan Berdasarkan Al-Qur’an

Pendidikan
            Pendidikan adalah bimbingan atau pemimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. [1]Itulah pengertian pendidikan secara umum. Jika dikaitkan dengan kata islam, menurut Prof. Dr. Omar Muhammad At-Taumi Asy-syaibany pendidikan memiliki arti: proses mengubah tingkah laku pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pegajaran dengan suatu aktifitas asasi berdasarkan islam..[2]
          Didalam al-qur’an ada bebrapa istilah mengenai pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
       Tarbiyah
Adalah konsep pendidikan terkait penumbuhan, pemeliharaan dan pengasuhan terhadap potensi dan fitrah peserta didik menuju kesempurnaan yang dilaksanakan secara bertahap.[3]
       Ta’lim
Adalah proses pemberian pengetahuan, pemahaman dan pengertian, dengan kata lain proses transformasi ilmu.[4]
       Tadris
Proses pendidikan yang dilaksanakan secara sungguh-sungguh, sampai tuntas dan harus memberikan efek perubahan yang nyata.[5]
       Tafaqquh
Proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuandan pemahaman yang mendalam sehingga menghasilkan otoritas keilmuan (penciptaan keprofesionalan).[6]
       Tafaqqur
Proses pembelajaran dengan mengerahkan seluruh daya pemikiran atau belajar dengan mengerahkan segenap potensi dan kekuatan akal.[7]
       Tadzkiyah
Proses pendidikan guna membersihkan atau mensucikan jiwa dari kebodohan dan penyakit lahir dan batin.[8]
       Tadzkirah
Proses penyadaran untuk selalu mengingat Allah swt yang kaitannya dengan pendidikan yaitu berusaha untuk selalu menjaga apa-apa yang sudah ia miliki sebagai aplikasi mensyukuri nikmat.[9]
       Al-intizar
Proses pendidikan yang diwarnai dengan penelitian, meliputi pengamtan, observasi, pengetahuan, pemahaman, organisir, perbandingan, penyamaan, analisis, kesimpulan dan verivikasi.[10]
       Tadabbur
Proses pendidikan yang merefleksikan serta merenungi apa-apa yang sudah dikerjakan.[11]
       Al-muwa’iz
Proses pendidikan dengan memberikan nasehat, peringatan untuk selalu berbuat baik.[12]
       Al-ta’dib
Proses pendidikan sopan santun, budi pekerti, tata krama, moral dan ahlakul karimah.[13]
Tema pokok pendidikan
            Tema pokok pendidikan dalam pendidikan islam adalah aqidah. Semua manusia adalah beragama dan mustahil untuk tak bertuhan, meski ia mengatakan bahwa ia tak percaya dengan tuhan akan tetapi ia tetap mempercayai dan membutuhkan zat adi kodrati(tuhan).[14]
          Keimanan merupan dasar fundamental yang sangat penting, sebuah bangunan tak akan berdiri jika tak ada sebuah pondasi. Pondasi inilah yang berkedudukan sama denga aqidah.[15]
Iman kepada Allah termaktub dalam (QS. Al-iklas : 1)
Iman kepada malaikat termaktub dalam (QS. An-nisa : 136)
Iman kepada rosul termaktub dalam (QS. Al-a’raf : 158)
Iman kepada kitab-kitab termaktub dalam (QS. Al-syura : 17)
Iman kepada hari akhir termaktub dalam (QS. Al-an’am : 31)
Iman kepada takdir termaktub dalam (QS. At-talaq : 3)
Ada dua materi yang sangat penting dalam pendidikan silam yaitu ibadah dan ahklak.
       Segala kegiatan yang dilakukan manusia atau seorang hamba terhadap tuhannya disebut akhlak, baik akhak mahmudah ataupun akhlak madzmumah.[16]
       Ibadah melakukan sesuatu dengan landasan untuk mengiklaskan diri.[17]
o   Shalat merupakan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah swt.
Hikmah dari shalat adalah khusu’, mengembalikan kebugaran dan menetralkan fungsi tubuh.
o   Puasa jua merupakan ibadah yang hanya Allah lah yang berhak menilainya.
Hikmah dibalik perintah puasa adalah memberikan pelatihan untuk dapat mengendalikan nafsu, mengendalikan emosi, meningkatkan solidaritas.
o   Zakat
Dengan zakat Allah mendidik kita untuk menjadi orang yang kaya.
o   Haji
Ibadah haji memberikan isyarat kepada kita untuk selalu mengingat Allah dan mengiklaskan sebagian hartanya serta mengajarkan kepada kita untuk berfikir globlal..

Tujuan Pendidikan
Al-Qur’an al-Karim yang didampingi oleh as-Sunnah memberi perhatian yang amat besar terhadap pengertian tujuan dengan berbagai aspeknya yang terkait. Pembahasan tentang tujuan ini dapat dijumpai dalam kajian tentang niyat dengan berbagai aspeknya. Doktor Shalih bin Ghanam dalam disertasinya yang berjudul al-Niyat wa Atsaruha fi al-Ahkam al-Syar’iyyah membahas istilah niyat dalam hubungannya dengan kata al-iradah, al-qashdu dan al-azm, selain itu juga membahasa istilah-istilah lainnya yang berdekatan artinya dengan niyat. Istilah-istilah lainnya itu meliputi al-himmah, sya’a, al-mail, hawa, syaha, dzann, ‘ann, raghaba, al-hajis dan al-khathir. Dengan demikian, terdapat 14 istilah yang berkaitan dengan niyat dalam hubungannya dengan tujuan.[18]
Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau ahdaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah “tujuan” dinyatakan dengan goal atau purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu arah suatu perbuatan atau yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.[19]
Berdasarkan beberapa ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang tujuan al-qur’an, diantaranya:[20]
*    QS.adz-dzariyat ayat 56-58 : menjadikan insan yang taat terhadap Allah swt.
*    QS.ali-imron ayat 102 : menanamkan aqidah atau keimanan dengan sebenar-benarnya iman.
*    QS.ar-rum ayat 30 : menjadi seorang hamba yang hanif.
*    QS.al-an’am ayat 162 : mendidik insan yang iklas.
*    QS. Al-qalam ayat 4 : menjadikan pribadi yang berahlak mulia.
*    QS.al-baqarah ayat 208 : berislam secara totalitas.
*    QS.al-furqan ayat 63 : pribadi yang selalu rendah hati.
Pendidik
Didalam bahasa Inggris kita jumpai dengan kata teacher yang diartikan sebagai guru atau pengajar, ada pula tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar di rumah. Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mu’allim, dan mu’adib. Kata ustadz jamaknya asatidz yang berarti pula teacher (guru), profesor (gelar akademik), jenjang dibidang intelektual, pelatih, penulis dan penyair. Adapun kata mudarris berarti teacher (guru), instructor (pelatih), dan lecturer (dosen). Selanjutnya kata mu’allim yang juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), trainer (pemandu). Kemudian kata mu’addib berarti educator (pendidik) atau teacher in koranic school (guru dalam lembaga pendidikan Al-Qur’an).[21]
Adapun pengertian pendidik  menurut Tafsir yaitu siapa saja yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik. Selanjutnya ia mengatakan dalam Islam, orang yang paling bertanggungjawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik itu sendiri. Tanggungjawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal: pertama, karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan bertanggungjawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.[22]
Istilah pendidik didalam al-qur’an antara lain:
*    Ulama : orang yang memiliki ilmu, pakar dibidang apapun.
*    Rasikhuna : seorang pakar ilmu.
*    Al-muzakki : orang yang bersih jiwanya dan bertugas membersihkan jiwa-jiwa lain.
*    Ahli dzikir : orang yang selalu mengingat Allah dan menjaga ilmu yang ia kuasai.
*    Al-muwaidz : pemberi peringatan dan nasihat.
*    Ulul al-bab : orang yanghatinya benar-benar sebagai dasar bertindak.
*    Uli an-nuha : orang-orang yang menggunakan akalnya untuk bebuat kebaikan.
Peserta didik
Orang yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis.
*       QS. At-tahrim ayat 6 : diri sendiri dan keluarga.
*       QS. Asy-syu’ara ayat 214 : keluarga terdekat.
*       QS.at-taubah ayat 122 : kelompok.
*       QS. An-nisa ayat 170 : seluruh umat manusia.
Tahapan pendidikan
*    Pendidikan pra-natal
Pendidikan yang dilakukan sebelum adanya kelahiran. Dimulai dari pemilihan jodoh, fase pernikahan kemudian kehamiln.
1.       Pemilihan jodoh
Saling mencintai, memilih karena agamanya, sekufu, beriman, nasabya jauh, (gadis dan subur).
2.       Pernikahan
Sunah rasul, mewujudkan ketentraman, mendapatkan keturunan, memelihara pandangan, menjaga kemaluan dan kemaksiatan.
3.       Kehamilan
Selalu mendoakan anaknya, makan dan minum, iklas dalam mendidik anak dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
*    Pendidikan pasca natal
1.       Pendidikan dimasa bayi.
2.       Pendidikan dimasa kanak-kanak.
3.       Pendidikan dimasa remaja. QS.al-qiyamah : 26
4.       Pendidikan dimasa dewasa. QS.ali imran : 102


[1] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992). h.24
[2] Bukhairi Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 26
[3] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 20005) h. 90
[4] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 92
[5] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 99
[6] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 101
[7] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 115
[8] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 96
[9] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 115
[10] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 118
[11] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 113
[12] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 119
[13] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, h. 29
[14] Daud Ali, Pendidikan agama Islam, (jkarta: Rajawali Pers, 2011), h.202
[15] Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhui atas pelbagai Persoalan Umat, cet. Ke-7, (Bandung: Mizan, 1998), h.14
[16] Mahmud Saltut, Akidah dan Syariah Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h.74
[17] Teuku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur-3, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), h. 4307
[18] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 155
[19] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 133.
[20] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, h. 174
[21] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 61
[22] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, h. 62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar