PENGELOLAAN
PENGAJARAN
DESAIN
PEMBELAJARAN
Dosen
Pengampu: Basri, M.Ag
Kelompok
3:
Nama NPM
Anggit
Yudo Pratiwi 1167161
Ayang
Kurnia 1167311
Aries
Dwi Komara 1167261
Progam
Studi Pendidikan Agama Islam (B)
Jurusan
Tarbiyah
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN
JURAI SIWO METRO
TA.
2012/2013
PENDAHULUAN
Perkembangan
pendidikan di Indonesia dewasa ini, sungguh sangat memperihatinkan. Seiring
perkembangan teknologi yang sangat berkembang pesat ternyata tak banyak
memberikan kontribusi yang positif dalam dimensi pendidikan di Indonesia.
Bahkan tidak jarang dan bukan sebuah rahasia jika banyak seorang sarjana pendidikan
saat ini kemampuannya tidak terpakai (di manfaatkan) oleh dunia pendidikan.
disisi lain, kita melihat dewasa ini anak SD, rata-rata sudah mengenal,
memiliki dan menggunakan sebuah hand phone, mereka pun terlihat sangat mahir
dalam menggunakannya. Tidak jarang juga anak yang masih duduk di bangku sekolah
dasar itu, sudah mengerti masalah jejaring sosial (facebook). Ini berawal dari
anak SD, mereka saja sudah mengerti dan mampu memainkan, apalagi anak SMP dan
SMA misalnya.
Para
calon generasi penerus yang seharusnya menjadi tulang punggung dan fokus utama,
kini telah dikendalikan oleh suatu aplikasi yang tidak tau kemana arah
tujuannya. Namun disisi lain, yang tidak kalah memperihatinkan dan nyata
terjadi didepan kita, mengenai pendidiknya. Sudah bukan menjadi sebuah hal yang
tabuh ketika ada penerimaan Pegawai Negeri Sipil, para kandidatnya berlomba-lomba
melakukan suap, supaya menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil. Perbuatan yang
seharusnya dihapuskan, kini menjadi sebuah perlombaan bahkan mungkin budaya.
Masalah
yang timbul tidak cukup hanya itu, pertanyaan besar yang muncul adalah
bagaimana melakukan orientasi guna meluruskan kembali tujuan pendidikan dan
melaksanakan proses pendidikan yang baik dan benar. Disinilah peran orang tua
dan seorang pendidik sangat dibutuhkan. Orang tua memiliki kewajiban untuk
membimbing dan mengawasi putra-putri mereka, begitu pula pendidik mempunyai
tugas untuk mendidik atau mentransfer pengetahuan. Oleh sebab itu, seorang
pendidik dituntut untuk memiliki kesiapan dan keterampilan dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Pendidik harus mampu memberikan sesuatu yang baru,
suasana baru, dan hal-hal lain yang bersifat kreatif dan inovatif dalam
melakukan kegiatan pembelajaran. Dan salah satu komponen dari proses pembelajaran
yang kreatif dan inovatif yaitu mengenai desain pembelajaran. Desain
pembelajaran ini sangat penting, karena bisa dikatakan inilah faktor yang
sangat vital yang akan menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran
dilakukan. Mengenai desain pembelajaran, akan kita bahas dalam pembahasan
berikut.
PEMBAHASAN
DESAIN PEMBELAJARAN
Jika
membicarakan masalah desain atau perencanaan, terlintas sebuah gambaran
mengenai kerangka atau sebuah rancangan (sketsa). Desain atau perencanaan
merupakan suatu hal yang begitu penting bagi seseorang yang akan melakukan
tugas atau pekerjaannya, termasuk guru yang memiliki tugas mengajar (pengelola
pembelajaran).
Supaya seorang guru dapat menyusun
perencanaan pembelajaran dengan baik, maka haruslah memperhatikan
prinsip-prinsip pembelajaran dan strategi pembelajaran terlebih dahulu. Karena
dua komponen ini adalah syarat mutlaq yang wajib dikuasai. Berikut mengenai
desain pembelajaran.[1]
A. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain adalah sebuah istilah yang
diambil dari kata design yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada
pula yang mengartikan dengan persiapan.[2]
Didalam ilmu manajemen pendidikan
atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah planning
yang artinya menyususn suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian
suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian
tujuan tertentu. Dan ada sebagian ahli yang mengartikan bahwa perencanaan
adalah pemikiran sebelum melaksanakan.[3]
Reigeluth
mengibaratkan pengertian desain dengan “cetak biru yang diracang oleh arsitek”
sedangkan pembangunan dan pengembangan bangunan tersebut harus sesuai atau
mengikuti cetak biru tersebut.[4]
Ada
pula yang mengatakan, desain merupakan manifestasi atau perwujudan dari ide-ide
yang berbentuk pemikiran maupun sebuah sketsa terhadap sesuatu yang masih akan
dilakukan.[5]
Dengan
demikian, desain atau perencanaan adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk
melaksanakan suatu tugas atau untuk mengambil sebuah keputusan terhadap apa
yang akan dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, sebagai yang
telah ditetapkan, melalui prosedur, ketentuan dan langkah-langkah yang sistematis
serta memperhatikan prinsip-prinsip pelaksaan tugas tersebut.
Selanjutnya
mengenai arti pembelajaran, pembelajaran mudahnya diartikan sebagai serangkaian
peristiwa guna mendukung terjadinya proses belajar mengajar.[6]
Kesimpulannya,
desain pembelajaran adalah sebuah pemikiran atau perencanaan yang bertujuan
untuk mempersiapkan pelaksanaan tugas atau merupakan langkah-langkah pemecahan
suatu masalah dalam proses pembelajaran, yang berujung pada sebuah tujuan
tertentu melalui prosedur yang sistematis dan berdasarkan prinsp-prinsip
tertentu pula.
B. Urgensi Desain pembelajaran
Pendidikan masa
kini harus mampu memainkan perannya secara maksimal sehingga akan menjaga dan
memperkukuh etika dan moral bangsa. Pendidikan merupakan suatu media
sosialisasi nilai-nilai luhur, khususnya ajaran agama, yang akan lebih efektif
bila diberikan kepada anak (siswa) sejak dini. Sistem pendidikan menekankan
kepada penguasaan etika dan moral yang tinggi selain penguasaan pengetahuan
yang luas, yang bertujuan menjunjung tinggi etika.[7]
Banyak problem
dan tantangan yang dihadapi para pendidik di sekolah dalam menyusun desain instruksional
terutama Pendidikan Agama Islam. Masalah dan tantangan yang muncul dikarenakan
adanya orientasi dan pemahaman pendidikan yang kurang tepat.
Ada tiga indikator kekeliruan dalam
orientasi tersebut, yaitu:
1. Pendidikan
yang terjadi pada saat ini lebih berorientasi pada bagaimana mempelajari
tentang satu ilmu saja, sehingga berdampak pada kurang teraplikasinya
nilai-nilai toleransi dan keserasian antara satu disiplin Ilmu dengan disiplin
Ilmu yang lain. Misalnya, agama dan ekonomi atau biologi, yang sebenarnya
terdapat banyak kaitannya.
2. Pendidikan
yang ada tidak memiliki strategi penyusunan dan pemilihan materi-materi yang
tepat, sehingga sering ditemukan hal-hal yang tidak prinsipil, yang seharusnya
dipelajari lebih awal, malah terlewati.
3. Kurangnya
penjelasan yang luas dan mendalam serta kurangnya penguasaan semantik dan
generik atau istilah-istilah kunci dan pokok dalam ajaran agama sehingga sering
ditemukan penjelasan yang sangat jauh dan berbeda dari makna spirit dan
konteksnya.[8]
Berdasarkan penjabaran diatas, perlu
adanya suatu pembenahan, dan pembenahan itu harus segera dilakukan untuk
menghindari akibat yang lebih besar lagi. Apalagi mengenai pendidikan agama, realitanya
diluar sana ada guru agama Islam tapi lulusan sekolah tinggi olah raga. Faktor
salah jurusan ini yang barang kali juga mempengaruhi terjadinya kesalahan pada seorang
pendidik ketika mendesain proses pembelajarannya. Dengan ini kita tahu,
bagaimana pentingnya desain pembelajaran itu ada. tetapi desain juga harus
disesuaikan agar lebih efektif dan efisien.
Ada empat sasaran pendidikan yang
perlu mendapatkan perhatian, antara lain:
1. Pendidikan
di sekolah hendaknya mampu mengajarkan dan menanamkan konsep dasar atau
landasan yang kuat kepada para siswa, supaya dari awal mereka mengetahui arah
dan tujuan dilaksanakan pendidikan tersebut.
2. Pendidikan
yang saling berkaitan lebih efektif jika isi materinya diperingkas .
3. Pendidikan
seharusnya meletakkan Pendidikan Agama Islam sebagai landasan atau dasar bagi
semua pelajaran yang diajarkan sekolah.
4. Pendidikan
yang diberikan kepada para siswa memuat sesuatu yang mampu menjadi landasan
moral dalam kehidupan sehari-hari.[9]
Kami dapat
menyimpulkan, urgensi dari desain pembelajaran adalah sebagai penjagaan dan
pengokohan moral bangsa. Selain itu, karena desain merupakan salah satu langkah
atau sesuatu yang harus dikuasai dan dilakukan oleh setiap pendidik sebagai
sebuah trobosan untuk memecahkan masalah (memberikan pembelajaran yang menarik,
efisien, inovatif dan dinamis) dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
desain pembelajaran merupakan kunci yang menentukan berhasil atau tidaknya
pembelajaran itu dilakukan. Hal yang akan menentukan para peserta didik untuk
menyukai pendidik adalah dari desain pembelajaran yang digunakan. Biasanya para
peserta didik akan memetakan mana seorang pendidik yang menurut mereka desain
pembelajarannya mudah dimengerti, mudah dipahami, menarik, fleksibel dan mana
yang tidak. Jika dari awal desain pembelajaran yang diterapkan oleh seorang
pendidik tidak menarik dan tidak membuat mereka nyaman, hari-hari belajar
berikutnya mereka akan cenderung untuk bermalas-malasan dalam mengikuti proses
pembelajaran, begitu sebaliknya, ketika seorang pendidik mampu mendesain
pembelajaran dengan baik, mereka akan antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran.
C. Strategi mendesain pendidikan
Sudah saatnya
kita merubah paradigma desain intruksional pendidikan, terutama agama Islam,
agar pendidikan yang kita berikan kepada para peserta didik kembali lagi ke
dalam arah dan tujuan yang benar serta mengedepankan nilai-nilai ahklakul
karimah sebagai perilaku dasar yang harus dimiliki oleh semua peserta didik
tidak terkecuali pendidiknya. Bukan saatnya lagi pendidikan yang akan
dilaksanakan hanya memiliki visi dan misi strategis untuk membentengi
terciptanya pribadi yang akhlakul karimah saja, akan tetapi lebih kepada
praktik langsung atau aplikasi dalam kehidupan nyata. Para peserta didik
disamping memiliki khazanah pengetahuan yang luas tetapi juga mampu
mengimplementasikan nya dalam tindakan sehari-hari.[10]
Untuk menyiasati
hal ini, ada beberapa hal yang harus didesain ulang agar pendidikan benar-benar
agar pendidikan benar-benar terletak pada posisi yang strategis.
1. Penataan
dan penguatan budaya atau kebiasaan sekolah sebagai basis formal pendidikan.
2. Materi
pendidikan antara satu dengan yang lain berperan sebagai perekat.
3. Keterpaduan
pendidikan antara pendidik, orang tua dan masyarakat dalam membenahi situasi
dan kondisi.
4. Profesionalitas
seorang pendidik menjadi fokus utama yang paling diutamakan.
5. Adanya
pendekatan aspek kecerdasan moral-spiritual (SQ), yaitu sikap fleksibel
(spontan dan aktif), memiliki kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan dan rasa sakit, hidup dari visi dan nilai-nilai,
menghindari hal-hal yang tidak perlu yang menimbulkan kerugian, berpandangan
holistik, bertanya dan mencari jawaban secara mendasar, serta bekerja melawan
konvensi.[11]
Pelaksanaan
pendidikan selama ini, berada dalam tataran pragmatis yang memiliki gap cukup
besar apabila dikaitkan dengan filsafat pendidikan Islam. Hanya saja, dalam
dimensi ontologisnya pemikir muslim harus melakukan perubahan mendasar karena Islam
memandang rasio dan empiris sebagai bagian integral dan eksistensi Ilahi
sehingga tujuan atau aksiologi ilmu tidak dapat dilepaskan dari kehendak-Nya.
Oleh karena itu,
diperlukan berbagai upaya pembaharuan dan peningkatan kualitas pendidikan
secara terencana, sistematis, dan mendasar dengan merumuskan kembali visi,
misi, dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Berbicara
masalah reformasi pendidikan, banyak sekali subtansi yang harus direnungkan dan
persoalan-persoalan yang membutuhkan jawaban. Secara umum, sektor pendidikan
memiliki peran yang setrategis dan fungsional dalam upaya membangun suatu
masyarakat.[12]
Pendidikan
selalu berusaha menjawab kebutuhan dan tantangan yang munculdi kalangan
masyarakat sebagai konsekuensi dari suatu perubahan. Pendidikan pada hakikatnya
adalah sarana terbaik yang dirancang untuk menciptakan suatu generasi baru yang
tidak akan kehilangan ikatan dan tradisi mereka sendiri dan tidak menjadi bodoh
secara intelektual.
Apabila kita
mencermati permasalah kondisi pendidikan di indonesia khususnya, ada dua alasan
pokok yang memerlukan penataan. Pertama, konsep dan praktik dari hasil
pendidikan hanya didasarkan pada kepentingan dunia. Kedua, lembaga
pendidikan belum mampu sepenuhnya memfasilitasi pembentukan atau penciptaan
pribadi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman yang semakin
berkembang. Adapun jika ada yang memadai, hanya segelintir saja yang sudah
pasti tidak seimbang dengan apa yang harus kita kerjakan bersama untuk
membangun bangsa agar lebih baik lagi.[13]
Realita ini tentunya
menggugah para pemikir muslim untuk segera menata paradigma desain intruksional
baru untuk pembelajaran yang menganut sistem pendidikan modern sesuai dengan
tuntutan masyarakat globlal dengan tetap konsisten memegang prinsip-prinsip
moralitas Islam.
Dalam hal ini,
munculnya reformasi menjadi suatu istilah yang populer dan menjadi kata kunci
dalam membenahi seluruh tatanan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia,
yang didalamnya termasuk reformasi di bidang pendidikan, khususnya reformasi
pembelajaran. Dalam masa reformasi ini masyarakat Indonesia ingin mewujudkan
perubahan dalam semua aspek kehidupan.
Reformai
pendidikan sama pentingnya dengan reformasi sosial dan ekonomi. Untuk itu,
pendidikan harus mampu menciptakan suatu pendidikan yang sistematis dan selaras
dengan upaya menciptakan keadilan sosial, kesejahteraan dan peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat.[14]
Untuk menghadapi
tuntutan dan perkembangan masyarakat menuju era globlal, diperlukan usaha untuk
mendesaain dan menata pembelajaran secara erencana, sistematis dan mendasar.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perubahan
pada konsep, praktik, dan isi program diperbarui.
a. Perlu
pemikiran untuk menata kembali konsep pendidikan yang benar-benar didasarkan
pada asumsi mengenai fitrah dan potensi yang dimiliki manusia. Jadi
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada manusia sesuai dengan tuntutan dan
perubahan masyarakat.
b. Pendidikan
didesain menuju tercapainya sikap toleransi dalam berbagai hal.
c. Pendidikan
perlu didesain untuk mampu mempersiapkan generasi Islam yang berkualitas
sehingga mampu menjawab tantangan dan perubahan masyarakat dalam semua sektor
kehidupan.
2. Perubahan
pada kelembagaan
a. Perlu
menyusun kembali visi dan misi pendidikan menuju era globlal.
b. Perlu
menata dan memodernisasikan manajemen lembaga pendidikan.
c. Sekolah
hendaknya dikelola secara otonom, demokratis, transparan, relevan, efektif dan
efisien.[15]
Kesimpulan
yang kami dapatkan dari strategi mendesain pembelajaran adalah:
Desain dibuat tidak hanya sebagai
pencipta dan hanya sekedar memberi pengetahuan, akan tetapi bagaimana desain
yang kita buat, mampu memberikan pendidikan yang lengkap. Baik mencangkup aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Jadi peserta didik tidak hanya mendapatkan
pengetahuan, dan hanya sebatas tau dan memahami akan tetapi mampu
mengaplikasikan atau mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Desain
pembelajarannya dikemas sebagamana caranya sehingga didalamnya mencagkup teori
dan prantiknya, terlebih aplikasi sepanjang masa. Desain itu diciptakan untuk
memberikan pendidikan guna mempersiapkan para generasi muda agar mampu
menyesuaikan, mengatasi dan menjawab tantangan serta perkembangan masyarakat
yang sesuai dengan berjalannya waktu.
D. Komponen Desain Pembelajaran
Agar sistem
pendidikan yang dilaksanakan disekolah mampu mengahsilkan output yang
berkualitas maka sistem tersebut harus dapat menciptakan sistem belajar yang
berkualitas tinggi yang secara oprasional dapat dipresentasikan oleh sistem
atau proses pembelajaran yang berkualitas.[16]
Reformasi
pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan metode pembelajaran, khususnya untuk
memajukan dan meningkatkan motivasi siswa dalam berprestasi. Secara alamiah,
ada beberapa pemikiran reformasi pembelajaran untuk mencapai tujuan reformasi
pembelajaran, tetapi pemikiran yang dominan dalam gerakan reformasi
pembelajaran ini menekanakan pada unsur-unsur berikut:[17]
Pembelajaran
konvensional
|
Reformasi
pembelajaran
|
Terpusat pada
pendidik
|
Terpusat pada peserta
didik
|
Pengajaran diktatik
|
Pengajaran interaktif
|
Kerja individu
|
Kerja kelompok
|
Pendidik sebagai
sumber
|
Pendidik sebagai
fasilitator
|
Kemampuan
mengelompokkan
|
Kelompok heterogen
|
Penilaian berdasarkan
pengetahuan
|
Penilaian berdasarkan
kinerja
|
- Orientasi pembelajaran
Pada
pembelajaran konvensional, proses pembelajaran terpusat pada pendidik. Pendidik
yang selalu memberikan ide dan struktur pengetahuannya bersifat analisis
teoritis. Sedangkan pada proses refomasi pembelajaran, peserta didik belajar
untuk mengungkapkan ide atau gagasan mereka sendiri sesuai dengan pemahaman
mereka masing-masing.[18]
- Proses pembelajaran
Dalam
pengajaran konvensional, proses pengajaran berlangsung secara diktatik,
maksudnya bahwa proses pengajaran tersebut hanya bertumpu pada pendidik dalam
memberikan materi belajar, tanpa banyak melibatkan peserta didik pada proses
pembelajaran. Sebaliknya, sesudah direformasi,
peserta didiklah yang dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran.[19]
E. Desain Masa kini
1. Desain
Model Penyampaian
Tiga
desain perilaku atau model penyampaian yaitu melalui cara-cara personalized system of instruction (PSI),
pecision teaching, dan direct instruction.
a.
PSI (Personalized System of Instruction)
Sistem
ini menggunakan ajaran dari aliran perilaku dan penguasaan cara belajar.
Instruksi sistem personal adalah suatu sistem yang saling berkaitan dari satu
instruksi, yang terdiri atas urutan (serangkaian), desain tugas yang progresif
bagi individu yang bersemangat tinggi dalam kegiatan belajar. Dalam desain ini
murid-murid menentukan sendiri tingkat dan jumlah belajarnya. Untuk mencapai
kemajuannya melalui suatu serangkaian (seri) dan tugas-tugas instruksional. [20]
PSI
mempunyai 5 karakteristik, yaitu:
-
Menggunakan
instruktur atau pengajar
-
Penguasaan
materi pelajaran
-
Menyusun sendiri
kecepatan belajarnya
-
Guru sebagai motivator
-
Menggunakan
kata-kata tertulis [21]
b.
Precision
Teaching (Ketepatan
Mengajar)
Metode
ini lebih menekankan monitoring kegiatan
belajar di dalam kelas, dibandingkan dengan menciptakan program yang didasarkan
pada temuan-temuan dari laboratorium. Maka disarankan pengukuran kerangka kerja
yang merupakan ciri khas dari kegiatan laboratorium dapat dilakukan di dalam
kelas.[22]
Ketepatan
mengajar telah menciptakan temuan-temuan praktis dari potensi penggunaan pada
teknologi pendidikan, sebagai contoh seorang guru yang tepat secara konsisten
menemukan bahwa murid-murid yang diberikan tugas yang lebih sulit (menghasilkan
kesalahan yang lebih tinggi) dan lebih cepatnya tingkat untuk belajar kembali.
Guru yang tepat juga menjadi lebih lancar, akurat, dan cepat kinerjanya, suatu
tujuan yang dapat meningkatkan kemajuan muridnya.
c.
Direction
Instruction (pembelajaran Langsung)
Dalam
mendesain pembelajaran agar belajar dapat lebih dimengerti diperlukan tiga
analisis, yaitu analisis perilaku, analisis komunikasi, dan analisis sistem
ilmu pengetahuan. Analisis perilaku berkaitan dengan bagaimana lingkungan
mempengaruhi perilaku pendengar (seperti bagaimana untuk merespons langsung dan
memberdayakan respons, dan bagaimana mengoreksi kesalahan).[23]
Analisis
komunikasi mencoba mencari prinsip-prinsip untuk mendesain secara logis dari
rangkaian mengajar efektif. Prinsip ini berhubungan dengan memberikan
contoh-contoh yang memaksimalkan generalisasi (tetapi meminimalkan generalisasi
yang berlebihan). Analisis dari sitem pengetahuan berfokus pada organisasi yang
logis atau klasifikasi dari pengetahuan di mana keahlian dan konsep yang sama
dapat diajarkan dengan cara yang sama. Pembelajarannya dimulai dari yang mudah
hingga yang kompleks. Proses pembelajaran langsung adalah presentasi tertulis
yang hanya tidak mendukung pengawasan kualitas tetapi karena kebanyakan
pendidik kurang terlatih dalam mendesain materi, karena tidak mungkin memilih
dan menyusun contoh-contoh efektif tanpa suatu pembelajaran yang eksplisit. [24]
Dari
program-program yang ada pembelajaran langsung (Direction Intruction) adalah
program yang paling efektif untuk mengukur pencapaian keahlian dasar, keahlian
dalam memahami satuan meteri dan konsep diri sendiri. Salah satu model
pembelajaran langsung, yaitu the morning side model. Program ini
menawarkan pengajran bagi anak-anak dan orang tua dalam semua jenis keahlian.[25]
2.
Desain
Pembelajaran Model PBL
a. Desain
pembelajaran Model PBL
Desain
pembelajaran model Problem Based Learning
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: [26]
Pertama, para
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 orang. [27]
Kedua, pada
setiap kelompok tersebut terdapat seorang ketua yang bertindak sebagai
moderator dan sekaligus juru bicara, dan seorang sekretaris yang bertindak
sebagai pencatat dan perumusan hasil pemecahan masalah. Ketua dan sekretaris
juga merangkap sebagai anggota.[28]
Ketiga, menentukan
pokok masalah yang akan dipecahkan. Permasalahan tersebut dapat dituangkan dari
bahan pelajaran yang terdapat dalam silabus, dapat pula berupa permasalahan
yang berasal dari para siswa sendiri.[29]
Keempat, guru
meminta para siswa dalam setiap kelompok tersebut untuk mendiskusikan pokok
masalah tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia.[30]
Kelima, berbagai
kegiatan yang terdapat dalam kelompok tersebut antara lain: a) mengumpulkan
data dengan cara masing-masing kelompok bertukar pikiran, melakukan observasi,
mempelajari berbagai sumber bacaan, mengakses internet, dll. b) menganalisis
data yang telah dikumpulkan dengan cara mengakajinya dan mempertanyakannya; c)
menyusun hipotesis; d) mengolah data; e) menguji hipotesis f) menarik
kesimpulan.[31]
b. Kelebihan
dan Kekurangan PBL
Kelebihan
PBL antara lain: a) dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kehidupan, khususnya dunia kerja; b) dapat membiasakan para siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, yang selanjutnya dapat
mereka gunakan di masyarakat kelak; c) dapat merangsang pengembangan kemampuan
berpikir secara kreatif dan meyeluruh, karena dalam proses pembelajarannya,
para siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari
berbagai aspek.[32]
Kekurangan
PBL antara lain: a) sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang
sesuai dengan tingkat bepikir siswa; b) sering memerlukan waktu yang lebih
banyak dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional; c) sering mengalami
kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang semula belajar dengan
mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar
dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan memecahkannya
sendiri.[33]
c. Pandangan
Islam tentang PBL
Dilihat dari segi isinya, masalah adalah suatu
kesenjangan antara yang seharusnya (dassoilen solen) dengan tampaknya (dassein).
Ajaran Islam misalnya, mengaharuskan agar umatnya bekerja keras, memanfaatkan
waktu yang sebaik-baiknya untuk hal-hal yang bermanfaat, mencintai kebersihan
dan ketertiban, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki kesehatan
jasmani dan rohani serta menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan
sesama. Namun, dalam realitanya, masih terlalu banyak orang Islam yang tidak
memiliki etos kerja yang tinggi, bekerja asal-asalan, membuang waktu percuma,
membiarkan lingkungan kotor dan semrawut. Terbelakang dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta memiliki derajat kesehatan yang rendah.
Masalahnya bukan terletak pada ajaran Islamnya, melainkan pada kualitas
memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang ada didalamnya. Untuk
memecahkan masalah ini, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagaimana yang
dirumuskan dalam problem based learning seperti yang dijelaskan diatas.[34]
Selain itu, masalah juga dapat berupa terjadinya
suatu keadaan masyarakat yang kacau balau yang ditandai oleh pertikaian,
kerusuhan, individualis, dan materialis yang disebabkan oleh adanya sebuah
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Dengan demikian, kebijakan pemerintah
tersebut telah menimbulkan masalah. Maka masalahnya adalah bagaimana caranya
agar kebijakan pemerintah tersebut tidak menimbulkan dampak negatif lebih
lanjut. Dan dalam memecahkan masalah tersebut perlu adanya penelitian tentang
keadaan masyarakat untuk mengetahui seberapa jauh berbagai masalah tersebut
terjadi sebagai dampak dari berlakunya kebijakan yang diberlakukan.
Islam melihat bahwa pemecahan maslah adalah sebagian
dari agenda kehidupan, bahkan kehidupan itu sendiri sebenarnya sebuah masalah.
Ketika manusia ingin memiliki keturunan, maka ia berhadapan dengan pencarian
jodoh atau pasangan hidup yang sehat jasmani dan rohaninya (wanita yang
shalehah atau suami yang shaleh). Setelah ia menikah, ia dihadapkan dengan
bagaimana mencari nafkah bagi keluarganya. Setelah mendapatkan harta ia pun
harus berfikir bagaimana agar rumah tangganya menjadi keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah.
Islam melarang umatnya melarikan diri dari tanggung
jawab dalam memecahkan masalah tersebut. Namun, perintah ajaran Islam mengenai
tanggung jawab memecahkan masalah tersebut dimaksudkan agar manusia mendapat
hikmah, pelajaran dan nilai-nilai positif bagi dirinya. Semakin banyak menyelesaikan
masalah dengan niat tulus dan iklas karena Allah swt, akan semakin banyak nilai
pahala yang diperoleh selain ibroh yang ada. Selain itu, ia juga dicatat
namanya dalam sejarah sebagai orang yang sukses, dijadikan panutan dan
sekaligus dihargai. Bersama dengan itu, rezeki dan karunia dari Allah swt akan
dengan sendirinya datang.
d.
Desain
pembelajaran sistematik
Desain
pembelajaran sistemik atau systemic
design of instruction (Dick dan Carey, 1990) meliputi sembilan langkah:
1.
Mengidentifikasi
tujuan umum instruksional
2. Melaksanakan
analisis instruksional
3. Mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa
4. Menuliskan
tujuan khusus performa
5. Mengembangkan
butir tes acuan patokan
6. Mengembangkan
strategi instruksional
7. Mengembangkan
dan memilih materi atau bahan instruksional
8. Mendesain
dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Melakukan
revisi instruksional[35]
KESIMPULAN
Desain pembelajaran merupakan suatu pemikiran atau perencanaan terhadap suatu
aktifitas guna mendukung tercapinya kegiatan atau proses belajar mengajar yang
efektif dan efisien.
Urgensi dalam desain pembelajaran yang terpenting
adalah tidak hanya menonjolkan terhadap unsur pengetahuan semata melainkan
perlu penanaman moral bangsa serta kita dapat menyajikan sebuah pelayanan
pendidikan yang mampu membuat peserta didik senang dan nyaman. Dengan
kenyamanan dan rasa senang, para peserta didik akan lebih antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Strategi mendesain pembelajaran, dapat dilakukan
dengan beberapa hal, antara lain:
-
Mendesain dan menata kembali hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran,
misal kurikulum, materi, media, metode, dll.
-
Mendesain dan menata kembali visi dan misi agar pendidikan dapat sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
-
Menata kembali dan memodernisasi manajemen pendidikan.
-
Seluruh aktifitas dikelola dengan otonom, demokratis, transparan,
relevan, efektif dan efisien.
Selanjutnya,
didalam desain pembelajaran ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu proses
pembelajaran dan orientasi pembelajaran. Untuk menghasilkan output yang
berkualitas maka kita juga harus memakai sistem belajar yang berkualitas pula.
Contoh desain
masa kini adalah model penyampaian pesan atau informasi dan metode yang
digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamlik, Oemar. Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda Karya, 2009
Muhtar. Desain Pembelajaran
Agama Islam. Jakarta: Misaka Galiza, 2003
Nata, Abuddin. Prespektif
Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2011
Rohani, Ahmad. Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Uno. B, Hamzah. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: Grafika Offset, 2009
Winkel. Psikologi Pengajaran.
Jakarta: Gramedia, 1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar