Sabtu, 13 April 2013

sosiologi pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, sebaliknya sosiologi memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam agar kelak ilmu yang dimiliki dan kemudian diamalkan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran keagamaan meskipun tidak secara mayoritas masyarakat Indonesia adalah islam akan tetapi tetap sebuah nilai.
Pendidikan islam  bisa dianggap berhasil ketika peserta didik mempunyai kemampuan dan potensi untuk dimanfaatkan oleh dirinya, masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Di sinilah letak hubungan fungsionalitas dan korelasi antara pendidikan islam dengan sosiologi, karena sosiologi membahas tentang interaksi sosial di masyarakat. Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan struktur nilai yang disimbolkan dengan angka, melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan interaksi sosial sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar masyarakat, sekolah maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan nilai-nilai keislaman.
Oleh karena itu sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat penting untuk kita sebagai makhluk sosial. Diri kita sendirilah yang menjadi objek kajian sosiologi karena kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Kita juga sebagai manusia yang berbudaya yang memiliki norma, nilai dan tradisi. Untuk penjelasan mengenai sosiologi pendidikan, akan dibahs dalam bab selanjutnya.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Arti Sosiologi Pendidikan
Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya “Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa: sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki daerah yang saling dilingkupi antara sosiologi dengan ilmu pendidikan. Sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
-          Sosiologi umum, tugasnya menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum.
-          Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum tugasnya menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam.
Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus. Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktural dan dinamika proses pendidikan. Yang termasuk di dalam pengertian struktur ini ialah teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat.
B.     Konsepsi dan Posisi Sosiologi Pendidikan
Manusia, dengan segala tingkah lakunya di dalam menghadapi lingkungan sekitarnya menimbulkan usaha-usaha untuk mengetahui dan akhirnya memanipulasi lingkungan sekitar manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Di dalam kegiatan manusia sebagai makhluk sosial menimbulkan berbagai ilmu pengetahuan sendiri. Termasuk di sini ialah kegiatan manusia untuk mendidik generasi-generasi mudanya, ialah dengan memberikan, menunjukkan dan mewariskan kebudayaannya kepada cucunya. Di dalam karya mendidik inilah manusia berusaha untuk mengetahui bagaimanakah proses pendidikan itu dilihat dari segi sosialnya, ditinjau dari konstelasi sosial, di mana terjalin karya mendidik itu. Maka di sini timbullah suatu cabang ilmu pengetahuan ialah sosiologi pendidikan.
C.    Definisi Sosiologi Pendidikan
Ditinjau dari segi etimologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua kata yaitu sosiologi dan pendidikan. Maka telah jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan itu yang menjadi masalah sentralnya ialah aspek-aspek sosiologi dalam pendidikan. Situasi pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial, yaitu hubungan dan pergaulan sosial antara pendidik dengan anak didik, pendidik dengan pendidik, anak-anak dengan anak-anak, pegawai dengan pendidik, pegawai dengan anak-anak.
Hubungan-hubungan dan pergaulan-pergaulan sosial ini secara totalitas, merupakan suatu unit tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Jadi di dalam keluarga sekolah itu terdapat hubungan-hubungan dan pergaulan-pergaulan sosial yang timbal balik satu sama lain, saling mempengaruhi, dan terjadi interaksi sosial. Maka di dalam sosiologi pendidikan akan berlaku dan bekerjasama antara prinsip-prinsip sosiologi dan prinsip-prinsip pendidikan beserta ilmu bantuannya, misalnya psikologika (ilmu psikologi pendidikan).
E. Gorge Payne, bapak sosiologi pendidikan, menekankan bahwa di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial, proses sosial, terdapatlah apa yang dinamakan social relationship, hubungan-hubungan sosial ataupun secara umum disebut interaksi sosial, di mana di dalam interaksi sosial itu individu memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Inilah yang merupakan aspek-aspek atau prisip-prinsip sosiologinya.
Payne juga mengemukakan bahwa interaksi sosial itu yang membentuk tingkah laku manusia, secara tertentu dianggap sebagai sistem pendidikan yang berkembang terus. Artinya setiap kali didapati kondisi dan situasi baru, haruslah ada interaksi sosial yang baru dan seolah-olah individu-individu itu belajar interaksi sosial. Inilah yang merupakan prinsip pendidikannya.
Sedangkan secara terminologi, beberapa tokoh telah memberikan pendapatnya tentang definisi sosiologi pendidikan di antaranya:
-          Charles A. Ellwood: sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
-          Dr. Ellwood: sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lain.
-          E.B. Reuter: sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu.
-          W. Dodson: sosiologi pendidikan mempersoalkan pertemuan dan percampuran daripada lingkungan sekitar kebudayaan secara totalitas, di mana dalam dan dengan begitu maka terbentuklah tingkah laku dan sekolah dianggap sebagian daripada total cultural milieu, sedangkan sosiologi pendidikan memperbincangkan dan berusaha menemukan bagaimana memanipulasikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian.
Jadi, sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan (dari ilmu jiwa pendidikan) yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta kondisi-kondisi sosio kultural yang terdapat di dalam masyarakat dan negaranya.
D.    Latar Belakang Timbulnya Sosiologi Pendidikan
Masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan pendidikan dalam masyarakat merupakan refleksi masalah-masalah sosial dalam masyarakat.
Masyarakat pada hakekatnya merupakan sistem hubungan antara satu dengan yang lain. Tiap masyarakat mengalami perubahan dan kontinuitas (kelangsungan), integrasi dan disintegrasi, kerjasama dan konflik. Dasar ikatan masyarakat adalah adanya kepentingan dan nilai-nilai umum yang diterima oleh anggota-anggotanya. Program yang berlawanan dari kelompok-kelompok masyarakat dan menyebabkan berkurangnya kesetiaan terhadap nilai umum itu. Jika hal itu terjadi, masyarakat jelas akan mengalami disintegrasi.
Apabila masyarakat berubah cepat, maka alternativ tumbuh banyak, hal itu dapat mengabulkan universal, isi nilai-nilai inti itu menjadi berkurang. Akibatnya kebudayaan menjadi kehilangan pola dan kesatuannya. Tanpa adanya ide-ide dan kebiasaan bersama yang meluas dikalangan masyarakat, anggota-anggota masyarakat tidak akan bertindak sebagai kesatuan dalam menghadapi stimuli, mereka tidak dapat bekerja sama secara efektif.
Hubungan yang mula-mula didasari dengan ikhlas berubah menjadi hubungan pamrih. Pergeseran itulah yang merupakan sumber masalah sosial. Institusi pendidikan tidak mampu mengejar perubahan sosial yang cepat itu, yang disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menimbulkan berbagai cultural lagi. Karena itu ahli-ahli sosiologi kemudian menyumbangkan pemikiran-pemikiran untuk turut mememcahkan masalah pendidikan itu. Maka lahirlah suatu disiplin ilmu baru yang disebut sosiologi pendidikan.
Perkembangan ilmu ini dimulai dari Lester F. Ward yang dianggap sebgai pencetus gagasan timbulnya studi baru ini. Sedangkan pelopor sosiologi pendidikan dalam arti formal ialah Jhon Dewey yang menerbitkan buku “School and Society” tahun 1899. Dalam buku itu beliau menekankan pendapatnya mengenai sekolah sebagai lembaga sosial. Lebih-lebih karyanya yang terkenal yaitu “Democracy and Education” tahun 1916, lebih mendorong timbulnya sosiologi pendidikan ini. Selanjutnya pada tahun 1920, F.R. Clow Dawid Snedden, Ross Finney, C.C. Peters, C.L. Robbins, E.R. Groves dan lain-lain meneruskan jalan pikiran tersebut di atas dan menekankan kepentingan nilai sosial pendidikan.
Sosiologi pendidikan dikuliahkan  pertama kali oleh Henry Suzzalo tahun 1910 di Teacher College, Universitas Columbia. Tetapi baru pada tahun 1917 terbit texbook sosiologi pendidikan yang pertama kali karya Walter R. Smith dengan judul Introduction to Education Sosiologi. Pada tahun 1916 di Universitas New York dan Columbia didirikan Jurusan Sosiologi Pendidikan. Himpunan untuk studi sosiologi pendidikan dibentuk pada Kongres Himpunan Sosiologi Amerika dalam tahun 1923. Sejak tahun itu terbitlah buku tahunan sosiologi pendidikan. Pada tahun 1928 terbitlah The Journal of Education Sociology di bawah pimpinan E. Gorge Payne. Majalah Social Education mulai terbit dalam tahun 1936. Sejak tahun 1940 dalam Review of Education Research dimuat artikel-artikel yang mempunyai hubungan dengan sosiologi pendidikan.
E.     Education Sociology dan Sociology of Education
Menurut Taylor, education Sosiology tekanannya terletak pada pertanyaan-pertanyaan kependidikan dan sosial. Sedangkan sociology of education, tekanannya pada permasalahan-permasalahan sosiologis. Pembedanya mirip dengan apa yang dinyatakan oleh R.J. Stalcup di dalam bukunya “sociology and Education”, di mana ia juga menggunakan istilah “The Social Foundations of Education”. Definisi dari Stalcup mengenai ketiga istilah dimaksudkan sebagaimana berikut ini:
-          Education Sociology: merupakan aplikasi prinsip-prinsip umum dan penemuan-penemuan sosiologi bagi pengadministrasian dan atau proses pendidikan. Pendekatan ini berupaya untuk menerapkan prinsip-prinsip sosiologi pada lembaga pendidikan sebagai suatu unit sosial tersendiri.
-          Sociology of Education: merupakan suatu analisis terhadap proses-proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidika. Tekanan dan wilayah telaahnya pada lembaga pendidikan itu sendiri.
-          Sosial Foundations of Education: merupakan suatu bidang telaaah yang lazimnya mencakup sejarah, filsafat, sosiologi pendidikan dan pendidikan komparasi. Jalas, bidang ini lebih baik dari sociologi of education maupun education sociology.
Dalam bukunya “Educational Sociology” G.E. Jensen juga membahas perbedaan antara kedua istilah tadi. Menurut jensen. Prolematik yang ditelaan “Educational Sociology” diangkat dari bidang pendidikan. Sedangkan problematiknya “Sociology og Education” diangkat dari bidang sosiologi. Jensen juga berpendapat, bahwa sosiologi merupakan suatu bidang telaahan praktis, memperhatikan segi-segi sosiologis maupun psikologis yang relevan atau berkaitan secara logis dengan permasalahan-permasalahan praktis pendidikan. Dalam hubungan ini “Sociology of Education”, perhatian utamanya pada upaya menemukan adpek-aspek sosiologis dari fenomena dan institusi pendidikan. Di sini, masalah-masalahnya dikaji dan dipandangnya sebagai masalah essensial sosiologi dan bukan merupakan masalah praktis pendidikan.
Keseluruhan yang ditelaah sosiologi pendidikan, sesungguhnya satu, di mana ahli sosiologi dan ahli pendidikan bisa bekerja sama secara ramah, dan itu sudah mereka lakukan. Tidak ada gunanya lagi memperbincangkan, apakah sosiologi pendidikan merupakan cabang sosiologi ataukah cabang ilmu pendidikan yang terlebih utama ialah menetapkan mana-mana pertanyaan atau permasalahan yang penting untuk dipertanyakan dan dijawab secara ilmiah, dan menentukan siapa-siapa (ahli sosiologi ataukah ahli pendidikan) yang berposisi terbaik untuk meneliti dan menjawabnya.
F.     Kajian Sociology of Education
Kerangka umu sosiologi pendidikan (Sociology of Education), sebenarnya bukanlah barang baru. Beberapa tahun yang lalu, Angell telah memberikan suatu definisi sakheh dan berguna mengenai bidang ilmu ini. Dia memberikan suatu posisi, bahwa ahli Educational Sociology harus benar-benar seorang ahli sosiologi yang menspesialisasikan pikiran dan penelitian-penelitiannya, bahwa “dengan demikian, Education Sociology merupakan ilmu pengetahuan murni, suatu cabang dari sosiologi”. Dikatakannya, bahwa ia lebih suka menyebut ilmu ini dengan nama: Sociology of Education”, sebab pendekatannya memandang sistem pendidikan sebagai sumber data yang dianalisis. Bukan sebagai suatu yang digarap sebagaimana lazimnya dikonsepsikan dalam Education Sociology. Berikutnya, Angell juga melihat, bahwa Education Sociology selaku ilmu terapan, sesungguhnya juga tidak mungkin, sebab aplikasi sosiologi (bila ia seorang diri), tidak akan bisa memberikan semua hal-hal penting mengenai proses pendidikan yang dibutuhkan oleh para administratur (di dalam menentukan kebijakan sistem pendidikan).
Reuter, membuat kerangka umum yang boleh dikata mirip pula dengan apa yang diajukan Angell. Reuter menyatakan: “kepentingan ahli Education Sociology dengan ahli sosiologi umum, hanyalah berbeda pada kekhususan perangkat materi telaahan yang dipilihnya. Ahli Education of Sociology tertarik untuk memahami bentuk-bentuk pendidikan, fungsi-fungsi dan perkembangannya dalam berbagai situasi, untuk memahami tingkah laku dan idiologi di kalangan warga masyarakat sekolah, untuk mengetahui pengaruh sekolah terhadap institusi-institusi lainnya di masyarakat, dan juga pengaruhnya terhadap kepribadian”. Reuter juga menyadari, bahwa definisinya tentang Education Sociology, banyak menghilangkan hal-hal yang sebelumnya dimasukkan ke dalam lingkup, Education Sociology. Sebagaimana dinyatakan Reuter, ahli-ahli Educational Sociology, yang lalu, mereka banyak memperhatikan hal-hal yang sesungguhnya bukanlah permasalahan sosiologis. Kata Reuter, Education Sociology di waktu lalu, biarpun labelnya tetap sosiologi, namun umumnya “bergumul” dengan topik-topik sosial, politik dan moral, atau mempertanyakan mengenai tujuan pendidikan dan isi kurikulum; hal-hal tadi lebih diperhatikan daripada masalah-masalah sosiologis itu sendiri.














BAB III
PENUTUP

            Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membahas mengenai masalah-maslah pendidikan yang fundamental, terlebih mengenai masalah hubungan atau interaksi dengan sekitar.
            Konsep sosiologi pendidikan adalah merealisasikan apa yang diperoleh dari pendidikan dalam kegiatan bermasyarakat. Jadi, apa yang kita lakukan itu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh nilai dan norma keislaman serta dikehendaki oleh masyarakat umumnya. Posisi sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sejatinya, studi sosiologi sangat penting untuk kita sebagai makhluk sosial, dari pendidikan kita dapat ilmu pengetahan dan dari sosiologi kita dapat mengetahui cara bersosisalosai atau berinteraksi.
            Sosiologi pendidikan lahir akibat dari perubahan, kontinuitas (kelangsungan), integrasi, disintegrasi, kerjasama dan konflik didalam kehidupan masyarakat.
            Kemudian, Ahli Education of Sociology lebih tertarik untuk memahami bentuk-bentuk pendidikan, fungsi-fungsi, perkembangan, tingkah laku dan idiologi di kalangan warga masyarakat sekolah, serta ingin mengetahui pengaruh sekolah terhadap institusi-institusi lainnya di masyarakat.











DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar