BAB
I
PENDAHULUAN
Pendidikan islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi yang
mampu berinteraksi sosial dengan baik, sebaliknya sosiologi memberikan
informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang
nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam agar kelak ilmu yang dimiliki dan
kemudian diamalkan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran keagamaan meskipun
tidak secara mayoritas masyarakat Indonesia adalah islam akan tetapi tetap
sebuah nilai.
Pendidikan islam bisa dianggap berhasil ketika peserta didik
mempunyai kemampuan dan potensi untuk dimanfaatkan oleh dirinya, masyarakat,
agama, bangsa, dan negara. Di sinilah letak hubungan fungsionalitas dan korelasi
antara pendidikan islam dengan sosiologi, karena sosiologi membahas tentang
interaksi sosial di masyarakat. Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak
hanya bisa ditentukan dengan struktur nilai yang disimbolkan dengan angka,
melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan interaksi sosial
sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar masyarakat, sekolah maupun
antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan nilai-nilai keislaman.
Oleh karena itu sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama
Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan
bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat penting untuk kita
sebagai makhluk sosial. Diri kita sendirilah yang menjadi objek kajian
sosiologi karena kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Kita juga sebagai
manusia yang berbudaya yang memiliki norma, nilai dan tradisi. Untuk penjelasan
mengenai sosiologi pendidikan, akan dibahs dalam bab selanjutnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Arti Sosiologi Pendidikan
Menurut
H.P. Fairchild dalam bukunya “Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa:
sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Sosiologi
pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki daerah yang saling dilingkupi
antara sosiologi dengan ilmu pendidikan. Sosiologi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
-
Sosiologi umum,
tugasnya menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum.
-
Sosiologi
khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum tugasnya menyelidiki suatu aspek
kehidupan sosio kultural secara mendalam.
Jadi
sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus. Menurut F.G.
Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki
struktural dan dinamika proses pendidikan. Yang termasuk di dalam pengertian
struktur ini ialah teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur
kepribadian dan hubungan kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat.
B. Konsepsi dan Posisi Sosiologi Pendidikan
Manusia,
dengan segala tingkah lakunya di dalam menghadapi lingkungan sekitarnya
menimbulkan usaha-usaha untuk mengetahui dan akhirnya memanipulasi lingkungan
sekitar manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Di
dalam kegiatan manusia sebagai makhluk sosial menimbulkan berbagai ilmu
pengetahuan sendiri. Termasuk di sini ialah kegiatan manusia untuk mendidik
generasi-generasi mudanya, ialah dengan memberikan, menunjukkan dan mewariskan
kebudayaannya kepada cucunya. Di dalam karya mendidik inilah manusia berusaha
untuk mengetahui bagaimanakah proses pendidikan itu dilihat dari segi
sosialnya, ditinjau dari konstelasi sosial, di mana terjalin karya mendidik
itu. Maka di sini timbullah suatu cabang ilmu pengetahuan ialah sosiologi
pendidikan.
C. Definisi Sosiologi Pendidikan
Ditinjau
dari segi etimologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua kata yaitu
sosiologi dan pendidikan. Maka telah jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan
itu yang menjadi masalah sentralnya ialah aspek-aspek sosiologi dalam
pendidikan. Situasi pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial,
yaitu hubungan dan pergaulan sosial antara pendidik dengan anak didik, pendidik
dengan pendidik, anak-anak dengan anak-anak, pegawai dengan pendidik, pegawai
dengan anak-anak.
Hubungan-hubungan
dan pergaulan-pergaulan sosial ini secara totalitas, merupakan suatu unit
tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Jadi di dalam keluarga sekolah itu
terdapat hubungan-hubungan dan pergaulan-pergaulan sosial yang timbal balik
satu sama lain, saling mempengaruhi, dan terjadi interaksi sosial. Maka di
dalam sosiologi pendidikan akan berlaku dan bekerjasama antara prinsip-prinsip
sosiologi dan prinsip-prinsip pendidikan beserta ilmu bantuannya, misalnya
psikologika (ilmu psikologi pendidikan).
E.
Gorge Payne, bapak sosiologi pendidikan, menekankan bahwa di dalam
lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial, proses sosial, terdapatlah apa yang
dinamakan social relationship, hubungan-hubungan sosial ataupun secara umum
disebut interaksi sosial, di mana di dalam interaksi sosial itu individu
memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Inilah yang merupakan
aspek-aspek atau prisip-prinsip sosiologinya.
Payne
juga mengemukakan bahwa interaksi sosial itu yang membentuk tingkah laku
manusia, secara tertentu dianggap sebagai sistem pendidikan yang berkembang
terus. Artinya setiap kali didapati kondisi dan situasi baru, haruslah ada
interaksi sosial yang baru dan seolah-olah individu-individu itu belajar
interaksi sosial. Inilah yang merupakan prinsip pendidikannya.
Sedangkan
secara terminologi, beberapa tokoh telah memberikan pendapatnya tentang
definisi sosiologi pendidikan di antaranya:
-
Charles A.
Ellwood: sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju
untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah
antara proses pendidikan dan proses sosial.
-
Dr. Ellwood:
sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses
belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lain.
-
E.B. Reuter:
sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari
lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia dan
dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan
kepribadian sosial dari tiap-tiap individu.
-
W. Dodson:
sosiologi pendidikan mempersoalkan pertemuan dan percampuran daripada
lingkungan sekitar kebudayaan secara totalitas, di mana dalam dan dengan begitu
maka terbentuklah tingkah laku dan sekolah dianggap sebagian daripada total
cultural milieu, sedangkan sosiologi pendidikan memperbincangkan dan berusaha
menemukan bagaimana memanipulasikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian.
Jadi,
sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan (dari ilmu jiwa
pendidikan) yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari
keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta kondisi-kondisi sosio kultural yang
terdapat di dalam masyarakat dan negaranya.
D. Latar Belakang Timbulnya Sosiologi Pendidikan
Masalah
pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan pendidikan dalam
masyarakat merupakan refleksi masalah-masalah sosial dalam masyarakat.
Masyarakat
pada hakekatnya merupakan sistem hubungan antara satu dengan yang lain. Tiap
masyarakat mengalami perubahan dan kontinuitas (kelangsungan), integrasi dan
disintegrasi, kerjasama dan konflik. Dasar ikatan masyarakat adalah adanya
kepentingan dan nilai-nilai umum yang diterima oleh anggota-anggotanya. Program
yang berlawanan dari kelompok-kelompok masyarakat dan menyebabkan berkurangnya
kesetiaan terhadap nilai umum itu. Jika hal itu terjadi, masyarakat jelas akan
mengalami disintegrasi.
Apabila
masyarakat berubah cepat, maka alternativ tumbuh banyak, hal itu dapat
mengabulkan universal, isi nilai-nilai inti itu menjadi berkurang. Akibatnya
kebudayaan menjadi kehilangan pola dan kesatuannya. Tanpa adanya ide-ide dan
kebiasaan bersama yang meluas dikalangan masyarakat, anggota-anggota masyarakat
tidak akan bertindak sebagai kesatuan dalam menghadapi stimuli, mereka tidak
dapat bekerja sama secara efektif.
Hubungan
yang mula-mula didasari dengan ikhlas berubah menjadi hubungan pamrih.
Pergeseran itulah yang merupakan sumber masalah sosial. Institusi pendidikan
tidak mampu mengejar perubahan sosial yang cepat itu, yang disebabkan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menimbulkan berbagai cultural lagi. Karena
itu ahli-ahli sosiologi kemudian menyumbangkan pemikiran-pemikiran untuk turut
mememcahkan masalah pendidikan itu. Maka lahirlah suatu disiplin ilmu baru yang
disebut sosiologi pendidikan.
Perkembangan
ilmu ini dimulai dari Lester F. Ward yang dianggap sebgai pencetus gagasan
timbulnya studi baru ini. Sedangkan pelopor sosiologi pendidikan dalam arti
formal ialah Jhon Dewey yang menerbitkan buku “School and Society” tahun 1899.
Dalam buku itu beliau menekankan pendapatnya mengenai sekolah sebagai lembaga
sosial. Lebih-lebih karyanya yang terkenal yaitu “Democracy and Education”
tahun 1916, lebih mendorong timbulnya sosiologi pendidikan ini. Selanjutnya
pada tahun 1920, F.R. Clow Dawid Snedden, Ross Finney, C.C. Peters, C.L.
Robbins, E.R. Groves dan lain-lain meneruskan jalan pikiran tersebut di atas
dan menekankan kepentingan nilai sosial pendidikan.
Sosiologi
pendidikan dikuliahkan pertama kali oleh
Henry Suzzalo tahun 1910 di Teacher College, Universitas Columbia. Tetapi baru
pada tahun 1917 terbit texbook sosiologi pendidikan yang pertama kali karya
Walter R. Smith dengan judul Introduction to Education Sosiologi. Pada tahun
1916 di Universitas New York dan Columbia didirikan Jurusan Sosiologi
Pendidikan. Himpunan untuk studi sosiologi pendidikan dibentuk pada Kongres
Himpunan Sosiologi Amerika dalam tahun 1923. Sejak tahun itu terbitlah buku
tahunan sosiologi pendidikan. Pada tahun 1928 terbitlah The Journal of
Education Sociology di bawah pimpinan E. Gorge Payne. Majalah Social Education
mulai terbit dalam tahun 1936. Sejak tahun 1940 dalam Review of Education
Research dimuat artikel-artikel yang mempunyai hubungan dengan sosiologi
pendidikan.
E. Education Sociology dan Sociology of Education
Menurut
Taylor, education Sosiology tekanannya terletak pada pertanyaan-pertanyaan
kependidikan dan sosial. Sedangkan sociology of education, tekanannya pada permasalahan-permasalahan
sosiologis. Pembedanya mirip dengan apa yang dinyatakan oleh R.J. Stalcup di
dalam bukunya “sociology and Education”, di mana ia juga menggunakan istilah
“The Social Foundations of Education”. Definisi dari Stalcup mengenai ketiga istilah
dimaksudkan sebagaimana berikut ini:
-
Education Sociology:
merupakan aplikasi prinsip-prinsip umum dan penemuan-penemuan sosiologi bagi
pengadministrasian dan atau proses pendidikan. Pendekatan ini berupaya untuk
menerapkan prinsip-prinsip sosiologi pada lembaga pendidikan sebagai suatu unit
sosial tersendiri.
-
Sociology of
Education: merupakan suatu analisis terhadap proses-proses sosiologis yang
berlangsung dalam lembaga pendidika. Tekanan dan wilayah telaahnya pada lembaga
pendidikan itu sendiri.
-
Sosial
Foundations of Education: merupakan suatu bidang telaaah yang lazimnya mencakup
sejarah, filsafat, sosiologi pendidikan dan pendidikan komparasi. Jalas, bidang
ini lebih baik dari sociologi of education maupun education sociology.
Dalam
bukunya “Educational Sociology” G.E. Jensen juga membahas perbedaan antara
kedua istilah tadi. Menurut jensen. Prolematik yang ditelaan “Educational
Sociology” diangkat dari bidang pendidikan. Sedangkan problematiknya “Sociology
og Education” diangkat dari bidang sosiologi. Jensen juga berpendapat, bahwa
sosiologi merupakan suatu bidang telaahan praktis, memperhatikan segi-segi
sosiologis maupun psikologis yang relevan atau berkaitan secara logis dengan
permasalahan-permasalahan praktis pendidikan. Dalam hubungan ini “Sociology of
Education”, perhatian utamanya pada upaya menemukan adpek-aspek sosiologis dari
fenomena dan institusi pendidikan. Di sini, masalah-masalahnya dikaji dan
dipandangnya sebagai masalah essensial sosiologi dan bukan merupakan masalah
praktis pendidikan.
Keseluruhan
yang ditelaah sosiologi pendidikan, sesungguhnya satu, di mana ahli sosiologi
dan ahli pendidikan bisa bekerja sama secara ramah, dan itu sudah mereka
lakukan. Tidak ada gunanya lagi memperbincangkan, apakah sosiologi pendidikan
merupakan cabang sosiologi ataukah cabang ilmu pendidikan yang terlebih utama
ialah menetapkan mana-mana pertanyaan atau permasalahan yang penting untuk
dipertanyakan dan dijawab secara ilmiah, dan menentukan siapa-siapa (ahli
sosiologi ataukah ahli pendidikan) yang berposisi terbaik untuk meneliti dan
menjawabnya.
F. Kajian Sociology of Education
Kerangka
umu sosiologi pendidikan (Sociology of Education), sebenarnya bukanlah barang
baru. Beberapa tahun yang lalu, Angell telah memberikan suatu definisi sakheh
dan berguna mengenai bidang ilmu ini. Dia memberikan suatu posisi, bahwa ahli
Educational Sociology harus benar-benar seorang ahli sosiologi yang
menspesialisasikan pikiran dan penelitian-penelitiannya, bahwa “dengan
demikian, Education Sociology merupakan ilmu pengetahuan murni, suatu cabang
dari sosiologi”. Dikatakannya, bahwa ia lebih suka menyebut ilmu ini dengan
nama: Sociology of Education”, sebab pendekatannya memandang sistem pendidikan
sebagai sumber data yang dianalisis. Bukan sebagai suatu yang digarap sebagaimana
lazimnya dikonsepsikan dalam Education Sociology. Berikutnya, Angell juga
melihat, bahwa Education Sociology selaku ilmu terapan, sesungguhnya juga tidak
mungkin, sebab aplikasi sosiologi (bila ia seorang diri), tidak akan bisa
memberikan semua hal-hal penting mengenai proses pendidikan yang dibutuhkan
oleh para administratur (di dalam menentukan kebijakan sistem pendidikan).
Reuter,
membuat kerangka umum yang boleh dikata mirip pula dengan apa yang diajukan
Angell. Reuter menyatakan: “kepentingan ahli Education Sociology dengan ahli
sosiologi umum, hanyalah berbeda pada kekhususan perangkat materi telaahan yang
dipilihnya. Ahli Education of Sociology tertarik untuk memahami bentuk-bentuk
pendidikan, fungsi-fungsi dan perkembangannya dalam berbagai situasi, untuk
memahami tingkah laku dan idiologi di kalangan warga masyarakat sekolah, untuk
mengetahui pengaruh sekolah terhadap institusi-institusi lainnya di masyarakat,
dan juga pengaruhnya terhadap kepribadian”. Reuter juga menyadari, bahwa
definisinya tentang Education Sociology, banyak menghilangkan hal-hal yang
sebelumnya dimasukkan ke dalam lingkup, Education Sociology. Sebagaimana
dinyatakan Reuter, ahli-ahli Educational Sociology, yang lalu, mereka banyak
memperhatikan hal-hal yang sesungguhnya bukanlah permasalahan sosiologis. Kata
Reuter, Education Sociology di waktu lalu, biarpun labelnya tetap sosiologi,
namun umumnya “bergumul” dengan topik-topik sosial, politik dan moral, atau
mempertanyakan mengenai tujuan pendidikan dan isi kurikulum; hal-hal tadi lebih
diperhatikan daripada masalah-masalah sosiologis itu sendiri.
BAB
III
PENUTUP
Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membahas
mengenai masalah-maslah pendidikan yang fundamental, terlebih mengenai masalah
hubungan atau interaksi dengan sekitar.
Konsep
sosiologi pendidikan adalah merealisasikan apa yang diperoleh dari pendidikan
dalam kegiatan bermasyarakat. Jadi, apa yang kita lakukan itu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh nilai dan norma keislaman serta dikehendaki oleh
masyarakat umumnya. Posisi sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam
dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sejatinya,
studi sosiologi sangat penting untuk kita sebagai makhluk sosial, dari pendidikan
kita dapat ilmu pengetahan dan dari sosiologi kita dapat mengetahui cara
bersosisalosai atau berinteraksi.
Sosiologi
pendidikan lahir akibat dari perubahan, kontinuitas
(kelangsungan), integrasi, disintegrasi, kerjasama dan konflik didalam kehidupan
masyarakat.
Kemudian, Ahli Education of
Sociology lebih tertarik untuk memahami bentuk-bentuk pendidikan,
fungsi-fungsi, perkembangan, tingkah laku dan idiologi di kalangan warga
masyarakat sekolah, serta ingin mengetahui pengaruh sekolah terhadap institusi-institusi
lainnya di masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
Abu. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar